Seakan
tidak ada hari tanpa belajar….tiada hari tanpa soal….bimbingan
belajar….Try Out… menyelesaikan tugas-tugas….belajar mandiri….tidak lupa
baca Al-Quran…
Itu semua dilaksanakan jauh hari sebelum ujian dengan harapan seluruh siswa dapat lulus dan harus lulus….MALU kalo TIDAK LULUS.
Apa yang sedang anda fikirkan????
Lelah…Letih….Lesu.
Barangkali kata-kata itulah yang pantas terucap dari para siswa yang akan menghadapi ujian nasional.
Tidak
hanya siswa bahkan para guru pemegang mata pelajaran yang diujikan,
tidak kalah dag…dig…dug… mengalami hal yang sama karena yang ingin lulus
bukan hanya muridnya tetapi semua guru berdoa, berharap muridnya lulus
100%.
Para
orang tua/ wali murid tidak ada kebanggaan jika anaknya tidak lulus,
semua berharap anaknya pasti LULUS dan dapat melanjutkan ke Perguruan
Tinggi atau bekerja
Yang
membuat guru terheran-heran adalah melihat para siswa yang kurang
antusias dan tidak risau dengan hasil try outnya yang masih jeblok. Baik
yang dilaksanakan di sekolah sendiri maupun Try Out yang lain. Misalnya
Kata coba lagi!! Dari hasil try out QC yang diikuti oleh seluruh siswa
KLs XII (IPA/IPS) SMAN 1 Teluk Kuantan pada akhir Maret yang lalu.
Dalam
benak mereka seolah berkata: “ah paling-paling juga lulus….” Kata itu
hanyalah untuk meredam diri yang sebenarnya dan menjadi harapan siswa
lulus murni. Jadi justru yang bingung adalah gurunya, jika berhadapan
dengan Kepala Sekolah , masyarakat mudahnya mereka berkata yang nggak
bisa itu gurunya atau muridnya jika ada yang tidak lulus.
Menjelang
ujian semua berusaha mati-matian, gurunya semakin agresif dan intensif
memberikan drill latihan soal-soal, lagi-lagi hasilnya hampir sama.
Yaaa…. meningkat dikit dan bagi anak yang pe’ak (maaf pendek
akal) bukan malah baik hasilnya karena sudah lelah, daya tahan
berkurang, dipaksa, akhirnya malah tumpah tidak masuk menjadi bekal
ujian.
Lalu….
APA YANG HARUS DIPAHAMI SELAIN SOAL?
Kita
semua mafhum bahwa kondisi anak-anak kita sangat beragam dan variatif
baik segi sosial ekonomi, kecerdasan, intelegensi, emosional, maupun
lingkungan hidup mereka. Tidak seharusnya materi pelajaran anak itu
diseragamkan. Jika materinya seragam justru menjadikan kurang benar
terhadap implementasi KTSP, materi KTSP harus fleksibel dan kondisional.
Soal-soal tes yang diberikan kepada anak pada setiap daerah juga
seharusnya tidak seragam.
Itulah
diantara alasan terjadi tarik ulur UNAS diadakan, banyak yang menentang
adanya UNAS, baik dikalangan masyarakat, mahasiswa, sampai MK, menolak
adanya UNAS. Namun pada akhirnya MENDIKNAS bertekad melaksanakan Ujian
Nasional untuk SLTA dan MA pada tgl 15-18 April 2013.
APA YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN AGAR PEMBELAJARAN DAPAT EFEKTIF?.
Dalam
menghadapi ujian tidak seharusnya mendapatkan pengetahuan yang terkesan
terpaksa bahkan dipaksakan. Drill dan latihan soal-soal yang terjadi
selama ini bagi anak yang cerdas malah senang dan bukanlah masalah namun
hal itu akan menjadi menyiksa apabila drill latihan soal secara maraton
diterima bagi anak yang tergolong pe’ak.
Daniel
Gulman seorang psikologi dari Harvard University melaporkan hasil
temuannya bahwa tingkat Intelegensi tinggi tidak menjamin kesejahteraan,
kebahagiaan dan kesuksesan hidup. Ada kecerdasan lain yang tidak kalah
pentingnya yaitu Emosional Quation (EQ).
BAGAIMANA SIKAP ORANG TUA JIKA MENGETAHUI KONDISI ANAKNYA YANG PAS-PASAN NILAINYA.
Dari
diskripsi diatas para orang tua tidak perlu galau dan marah serta
terlalu menyudutkan anak, membandingkan anak si anu… begini dan anak si
itu… begitu…. Apalagi menyebabkan anak-anak frustasi sampai bunuh diri
bila mereka menerima kegagalan dalam memenuhi possing grade yang tahun
ini 5,5 nilai batas minimum.
Marilah
kita menerimanya dengan penuh kearifan dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya. Sebab angka-angka yang tertera dalam lembar nilai UN
bukanlah satu-satunya jaminan masa depan anak. Masih ada kecerdasan lain
yang harus dan perlu kita kembangkan untuk meraih sukses masa depan
anak.
Dengan
kearifan dan pemahaman itu pendidikan akan berlangsung alami, asih,
asah, asuh, penuh suasana hati yang aman, merdeka dan senang hati. Namun
juga tidak boleh enak-enak maka selagi masih ada waktu para orang tua
mendorong semangat belajar anak berarti sudah membantu tugas guru dan
sekolah dalam mendidik sehingga mencapai keunggulan prestasi. Masih ada
yang difikirkan lagi bagi yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi ada
yang tenang, ada yang bingung karena jauh sebelumnya sudah disodori
penawaran-penawaran silih berganti datang dan berbagai cara yang pada
gilirannya jika direnungkan dan dihubungkan dengan nasib sbetulnya semua
sudah ada makomnya. Yang penting sekarang hadapi yang sedang dihadapi.
Dan semoga semuanya dalam berjuang menggapai cita-citanya dapat tercapai
dengan Ridlo Allah SWT. Amiin…
0 comments:
Posting Komentar